JURNAL Drs. H. RUNTONI, M.Pd
STRATEGI
MENGHADAPI MASALAH BELAJAR PADA PESERTA DIDIK DALAM
PENDIDIKAN ISLAM
Runtoni
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, STAIN SAR KEPRI
ABSTRAK
Seperti yang kita ketahui dan
pernah kita rasakan, peserta didik baik
pada pendidikan dasar, menengah, dan tingkat atas sedang melewati
masa-masa labil dimana mereka sering menemukan masalah-masalah baik kecil maupun
besar terutama pada saat menghadapi dunia pendidikan, yang belum bisa mereka
atasi dengan maksimal. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembang-kan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Dikatakan bukan sebagai persoalan yang mudah
karena pendidikan itu memiliki tanggungjawab yang besar baik itu kepada Allah
SWT maupun kepada alam. Itulah yang melatarbelakangi penulis memilih
permasalahan ini untuk di bahas lebih lanjut, agar sama-sama mengetahui, apa
saja yang menjadi penyebab permasalahan itu timbul, bagaimana kondisi peserta
didik ketika sedang menghadapi masalah belajar, dan tentunya bagaimana cara
seorang pendidik dalam Pendidikan Islam mengenali dan mensiasati permasalahan
yang terjadi dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran Islam.
ABSTRACT
As we know and once we feel, learners both in primary, secondary, and upper education are passing through unstable times where they often find problems both small and large, especially when facing the world of education, which they can not overcome maximally. In the National Education System Law Number 20 Year 2003 explained that the national education aims to develop the potential of learners to become human beings who believe and piety to God Almighty, noble, healthy knowledgeable, capable, creative, independent and become citizens of a democratic and responsible. It is said not as an easy matter because education has a great responsibility both to Allah SWT and to nature. That's why the author chose this issue to be discussed further, so that both know, what the cause of the problem arises, how the condition of learners while facing learning problems, and of course how an educator in Islamic Education recognize and mensiasati problems that occur as well as possible according to Islamic teachings.
A.
PENDAHULUAN
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif.
Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfatkan segala sesuatunya guna
kepentingan pengajaran.
Ramsden, P. (2003)
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tunutk
adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh
anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan
oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu
dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan
latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan
anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis,
dan biologis. Baltes,
P. B., Staudinger, U. M., & Lindenberger, U. (1999
Ketiga
aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya
sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola
kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah
sukarnya mengeloola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena
usaha yang dilakukan dapat terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan
meminimalkan jumlah anak didik dikelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip
pengelolaan kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung pengeloolaan kelas. Sadler, T. D. (2011).
Pengelolan kelas yang baik akan melahirkan interaksi
belajar mengajar yang baik pula. Good,
T. L., & Lavigne, A. L. (2017) Tujuan pembelajarpun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang
berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat
dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak
dikehendaki datang tiba-tiba. Suatu gangguan yang datang dengan tiba-tiba dan
diluar kemampuan guru adalah kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas.
Dengan hadirnya kendala spontanitas suasana kelas biasanya terganggu. Masalah
pengeloolaan kelas memang masalah yang tidak pernah absen dari agenda kegiatan
guru. Biggs,
J. B. (2011). Oleh karena itu,
dengan adanya makalah ilmiah ini penulis mengharapkan agar kita dapat mensiasati
dan meminimalisir masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran.
B. PERUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana mengetahui strategi menghadapi
masalah belajar pada pesera didik dalam pendidikan Islam?
2.
Bagaimana mengetahui
dan memahami strategi mengahadapi masalah belajar
pada peserta didik dalam pendidikan Islam.
C. TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Pengertian
Peserta Didik dalam Pendidikan
Islam
Peserta didik
disini adalah setiap individu (manusia)
yang mengikuti kegiatan pendidikan baik formal maupun non formal dengan tujuan
untuk mengembangkan potensi-potensi kemanusiaan, merupakan benih kemungkinan
untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam
dengan baik, pasti menjadi pohon mangga dan bukanya menjadi pohon jambu.
Peserta
didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebut demikian karena peserta
didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom yang ingin
diakui keberadaanya selaku pribadi yang memiliki ciri khas guna memecahkan
masalah yang terus menerus dijumpai sepanjang hidupnya (Umar Tirtaharja, La
Sulo : 2008).
Ciri khas peserta didik yang harus di pahami peserta
didik adalah:
a.
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis
yang khas, sehingga merupakan insan yang unik.
b.
Individu yang sedang berkembang.
c.
Individu yang memiliki kemampuan
untuk mandiri.
2. Konsep
Strategi Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam
Pengembangan
ilmu-ilmu Islam bergantung pada sistem pendidikan raksasa yang meliputi pendidikan formal dan nonformal yang
memungkinkan penggalakan dan pemindahan pengetahuan dalam segala hal dan
bentuknya. Sudah tentu sistem pendidikan itu berdasarkan konsep Islam
tradisional tentang pengetahuan dan pendidikan. Ia menekankan pertama sekali
ilmu-ilmu agama tetapi meliputi semua bentuk-bentuk pengetahuan lain dari
Keadilan Tuhan sampai Ilmu Farmasi (Nasr : 1976).
Secara
umum strategi Pendidikan Islam mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Syaiful Bahri Djamarah, Azwan Zain
: 2010).
Ada
4 strategi dasar dalam belajar mengajar:
1.
Mengidentifikasi serta menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan.
2.
Memilih sistem
pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3.
Memilih dan menetapkan prosedur,
metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan belajar
mengajarnya.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas
minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan evaluasi
hasil belajar mengajar (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain : 2010).
Orang-orang
Islam dihadapkan lagi pada abad 19 Masehi (Abad 133 H) kepada seorang ilmu-ilmu
barat yang mengancam jenjang ilmu dalam Islam dan keseimbangan dalam sistem
pendidikannya yang akan membawa kehancuran yang belum pernah terjadi dalam
sejarah Islam. Al Farabi terkenal sebagai guru kedua sebab ia telah membuat
aturan (orde) terhadap ilmu-ilmu dan membuat klasifikasinya dalam derajat yang
lebih rendah, Mir Damad menjalankan fungsi itu juga dalam kerajaan Persia
Savafid dan mendapat gelar guru ke tiga. Sekarang Islam betul-betul memerlukan
guru ke empat untuk menciptakan kembali jenjang pengetahuan yang begitu penting
bagi perspektif Islam dan mengklasifikasi ilmu-ilmu itu sedemikian rupa untuk
menghindari berlakunya sekularisasi pengetahuan dan lupanya orang akan tujuan
akhir semua pengetahuan di tengah-tengah kesibukan perubahan bentuk-bentuk ilmu
yang sangat cepat dan bergerak maju makin lama makin cepat tanpa lebih dekat
kepada pusat bulatan dan wujud sejagad (Nasr : 1976).
Sistem
Pendidikan Islam mempunyai ciri-ciri filsafat dan tujuanya yang mencerminkan
ideologi kehidupan dalam masyarakat Islam. Agar lebih adil, membicarakan
permasalahan pendidikan Islam sehingga banyak orang bersikap supaya selamat dan
kita menjauhinya. Namun ia adalah suatu keharusan agama,
keharusan pendidikan, dan keharusan ilmiah.
3.
Masalah
Belajar pada Peserta
Didik
a. Proses
Belajar
Ada bermacam-macam pendapat mengenai pengertian belajar diantaranya ialah:
1)
Belajar adalah usaha untuk
membentuk hubungan antara perangsang dan reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh
aliran psikologi yang dipelopori oleh Thorndike aliran Koneksionisme.
2)
Belajar adalah usaha untuk
menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau situasi-situasi di sekitar
kita. Pandangan ini pada umumnya dikemukakan oleh para pengikut aliran
Behaviourisme.
3)
Bagi aliran Pysco refleksiologi
belajar dipandangnya sebagai usaha untuk membentuk reflek-reflek baru. Bagi aliran ini belajar adalah yang
berwujud rentetan dengan gerak reflek itu dapat menimbulkan reflek-reflek buatan.
Dari
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah proses
perubahan. Perubahan-perubahan itu bukan perubahan yang negatif tapi perubahan
yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan untuk perbaikan.
Orang
yang belajar makin lama akan dapat mengerti akan hubungan-hubungan dan
perbedaan bahan-bahan yang dipelajari, dan setingkat dapat membuat suatu bentuk
yang mula-mula belum ada atau memperbaiki bentuk-bentuk yang telah ada.
Dalam
masalah belajar ini, metode mengajar akan banyak mempengaruhi cara belajarnya
orang yang sedang mengajar. Apabila mata pelajaran diberikan tanpa tujuan dan
murid diharuskan mengingat-ingat dan mendapatkan hal-hal yang tidak bertujuan,
ini akan melemahkan semangat belajar. Sebaliknya apabila mata pelajaran diatur
sedemikian rupa dan mempunyai tujuan tertentu dan murid mempunyai pengertian
yang luas, maka semangat belajar akan datang dengan sendirinya, tidak hanya
dalam arti mendapatkan keterangan dan kecakapan, tapi juga dalam arti menambah
kekuatan untuk mengartikan, kecakapan untuk memperoleh, mempergunakan dan
mengubah sikap (Hasan Langgulung : 2003).
b. Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi
Belajar
Selain
cara belajar, ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi belajar. Marilah kita
tinjau faktor-faktor tersebut.
1)
Kemampuan Pembawaan
`Anak yang
memiliki kemampuan pembawaan lebih akan lebih mudah dan akan lebih cepat
belajar dari pada anak yang mempunyai kemampuan yang kurang. Tapi ini bukanlah faktor yang dominan dalam
belajar.
2)
Kondisi Fisik
Anak yang belajar
Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya.
Menurut penyelidikan yang telah dilakukan oleh seorang mahasiswa FIP UGM
Yogyakarta bahwa kondisi fisik mempengaruhi kondisi belajar anak.
3)
Kondisi Psikis Anak
Selain
kondisi fisik, kondisi psikis juga harus diperhatikan, kondisi psikis yang
tidak baik mungkin disebabkan oleh kondisi fisik yang tidak baik, mungkin juga
disebabkan oleh gangguan lingkungan, keadaan keluarga, ekonomi dan lain-lain.
Ini semua menjadi gangguan belajar bagi peserta didik.
4)
Kemauan
Belajar
Hal
ini merupakan pegangan penting dalam belajar. Adanya kemauan dapat mendorong
belajar dan sebaliknya tidak adanya kemauan dapat memperlemah belajar.
5)
Sikap Terhadap Guru, Mata
Pelajaran dan Pengertian Mereka Mengenai Kemajuan Mereka Sendiri
Adanya
pengertian tentang kemajuan mereka sendiri, maksudnya adanya kemajuan atau
kemunduran dapat mendorong orang yang belajar untuk lebih giat belajar.
6)
Bimbingan
Bimbingan
ini perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak
mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa kesuksesan.
7)
Ulangan
Di
dalam belajar perlu adanya ulangan-ulangan, hal ini adalah
elemen yang vital dalam belajar. Adanya ulangan-ulangan ini, dapat menunjukan
pada orang-orang yang belajar kemajuan-kemajuan dan kelemahan-kelemahannya
(Slameto : 2010).
4.
Menghadapi Masalah Belajar pada Peserta Didik dalam
Pendidikan Islam
Langkah pertama yang harus diambil untuk
memperbaiki sistem atau proses belajar mengajar adalah sistem pendidikan yang
dilaksanakan di negeri-negeri Islam, berusaha membina filsafat pendidikan yang
menyeluruh, realistik, fleksibel, mengambil landasan-landasan dan
prinsip-prinsipnya. Dari prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran Islam yang mulia dan
akidahnya yang berkaitan dengan watak alam jagat, manusia termasuk peserta
didik dan kehidupannya dengan Sang Pencipta (Hasan Langgulung : 2003).
Oleh kerena itu, masalah-masalah pendidikan dapat diketahui
dengan cara:
a.
Menumbuhkan
Motivasi dalam
Belajar
b.
Belajar
Kecekatan dan Pengetahuan
c.
Belajar
Resepsuil
d.
Berfikir
Refleksi
e.
Menerapkan
prinsip-prinsip
belajar
tuntas (Mustaqim Abdul Wahab : 2010).
f.
5. Keberhasilan
dalam
Mengajar dan
Mengantisipasi Masalah dalam
Belajar
Berbicara soal keberhasilan mengajar, di
dalam Islam keberhasilan mengajar itu ketika seorang pendidik berhasil
mengatasi masalah-masalah yang ada pada saat proses belajar dan mencapai tujuan
yaitu menjadikan seorang insan paripurna yang mempunyai akhlak dan bernilai
moral yang tinggi serta dapat menerapkan apa-apa yang diajarkan di dalam
kehidupannya sehari-hari yaitu dengan satu tujuan untuk selalu menuju ke jalan
kebenaran, Rahmatan Lil’alamin.
Namun untuk mengetahui bahwa suatu
proses strategi mengatasi masalah dalam belajar dapat dikatakan berhasil
apabila seorang guru memiliki pedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang
telah disempurnakan yaitu apabila tujuan instruksional khusus dapat tercapai,
diantaranya:
a. Indikator Keberhasilan
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran
yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan
pengajaran/instruksional
khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.
b. Penilaian Keberhasilan
1) Tes Formatif, untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap suatu pokok bahasan.
2) Tes Substensif, meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu
yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.
3) Tes Sumatif, meliputi sejumlah bahan
pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam satu semester.
4) Tingkat Keberhasilan
a. Istimewa/Maksimal :
|
Apabila seluruh bahan pelajaran
yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
|
b. Baik Sekali/optimal :
|
Apabila sebagian besar (76% s.d
99%) bahan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa.
|
c. Baik/minimal :
|
Apabila pelajaran yang
diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa.
|
d. Kurang :
|
Apabila bahan pelajaran yang
diajarkan kurang dari 60 % dikuasai oleh siswa.
|
Dengan
demikian data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan
presentase keberhasilan siswa dalam pencapaian TIK tersebut, dapatlah diketahui
keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan pendidik dan peserta
didik itu sendiri (Syaiful
Bahri Djamarah, Aswan Zain : 2010).
D. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang penulis gunakan ialah studi
pustaka.
E. ANALISIS DATA
Ada beberapa ilmuan yang menyelidiki masalah belajar dan diperoleh data sebagai berikut:
1.
Baselt
Dia menyelidiki
jumlah yang diingat oleh 495 murid umur 7 tahun dari anak-anak sekolah kota
Baltimore mengenai sejarah Amerika. Setelah 1 tahun, murid-murid itu hanya
mengingat kira-kira 25 % dari apa yang diajarkan.
2.
Layton
Layton
mendapatkan bahwa hanya 1/3 yang dapat diingat dari pelajaran aljabar permulaan
setelah satu tahun.
3.
Gadestrom
Dalam
penyelidikannya
di beberapa kelas di Universitas Minesota tentang Pelajaran Ilmu Hayat. Setelah
setahun tidak diberi pelajaran, hanya 6/10 – 8/10 bagian saja yang diingat.
Dari Penyelidikan
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bahan yang kita pelajari tidak dapat
diingat seutuhnya (Hasan Langgulung : 2003) .
F. KESIMPULAN
Misi Pendidikan Islam ialah menyiapkan umat manusia
untuk menjadi insan paripurna, mencapai tujuan yang satu yaitu mengharapkan
berada pada jalan kebenaran yang Rahmatan Lil’alamin. Karena itu pendidikan itu
sendiri termasuk peserta didik dalam menghadapai pembelajarannya. Sebabnya
karena pembangunan dan pendidikan sendiri selalu berubah. Masalah yang dihadapi
pada saat proses belajar sangat luas dan kompleks karena sasaranya adalah
peserta didik yang berbeda setiap individunya. Senge, P. M. (2006).
Oleh karena itu agar masalah-masalah belajar ini
dapat dipecahkan, diperlukan strategi tentang masalah-masalah belajar yang bersifat
pokok yang dapat dijadikan acuan bagi penyelesaian masalah praktis yang timbul
dalam prakteknya di lapangan. Dengan dikemukakan masalah-masalah peserta didik
dalam belajar, kaitan-kaitan masalah pokok tersebut satu sama lain, faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangannya, permasalahan-permasalahan yang aktual dan
upaya penanggulangannya diharapkan para pendidik atau calon-calon pendidik
memahami lebih baik masalah-masalah belajar yang dihadapi para peserta didik,
menemukan strategi, merumuskannya serta mencari alternatif pemecahannya.
G. DAFTAR PUSTAKA
Baltes,
P. B., Staudinger, U. M., & Lindenberger, U. (1999). Lifespan psychology:
Theory and application to intellectual functioning. Annual review of
psychology, 50(1), 471-507.
Biggs,
J. B. (2011). Teaching for quality learning at university: What the student
does. McGraw-Hill Education (UK).
Djamarah,
Syaiful Bahri, Aswan Zain.2010.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta .
Good,
T. L., & Lavigne, A. L. (2017). Looking in classrooms. Routledge.
Langgulung,
Hasan.2003.Asas-Asas
Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.
Mustaqim,
Abdul Wahab.2010.Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.
Nasr.1976.Islam and the
Pligth of Modern Man.London: Longman.
Ramsden,
P. (2003). Learning to teach in higher education. Routledge.
Sadler,
T. D. (2011). Socio-scientific issues-based education: What we know about
science education in the context of SSI. In Socio-scientific Issues in the
Classroom (pp. 355-369). Springer Netherlands.
Slameto.2010.Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.
Tirtaharja,
Umar, La Sulo.2008.Pengantar
Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.
Senge,
P. M. (2006). The fifth discipline: The art and practice of the learning
organization. Broadway Business.
Komentar
Posting Komentar